Equityworld Futures | Dibuat Sport Jantung 4 Hari, Pemilik Emas Akhirnya Bisa Senyum Lagi
Equityworld Futures | Dibuat Sport Jantung 4 Hari, Pemilik Emas Akhirnya Bisa Senyum Lagi
Equityworld Futures | Harga emas ditutup menguat pada perdagangan Selasa (23/7/2024) kemarin, setelah selama empat hari beruntun cenderung merana karena investor mulai melakukan aksi profit taking.
Merujuk data Refinitiv pada perdagangan kemarin, harga emas global ditutup menguat 0,48% di posisi US$ 2.409,21 per troy ons. Penguatan ini menjadi kabar baik karena harga emas sudah ambruk 2,8% dalam empat hari sebelumnya,
Sedangkan pada perdagangan Rabu pagi hari ini Rabu (24/7/2024) pukul 06:00 WIB, harga emas dunia cenderung turun tipis 0,03% ke US$ 2.408,55 per troy ons.
Harga meningkat seiring dengan kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) dan permintaan global, yang tampaknya masih terkendali.
Namun, para analis berpendapat bahwa data Produk Domestik Bruto (PDB) AS untuk kuartal II-2024 dan data inflasi PCE AS periode Juni yang akan dirilis akhir pekan ini dapat meningkatkan ekspektasi baru terhadap penurunan suku bunga di negara dengan perekonomian terbesar di dunia tersebut dan menularkan bias bullish pada emas.
“Apa pun yang lebih lemah dari perkiraan (data PCE) akan menjadi positif, terutama karena hal tersebut akan meyakinkan pasar bahwa bank sentral AS akan melonggarkan kebijakan moneter pada bulan September,” kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, dikutip dari Reuters.
Pasar semakin yakin bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dapat mulai memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan September mendatang.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, pasar memperkirakan The Fed akan memulai memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan September mendatang mencapai 93,6%.
Sedangkan di pertemuan November, pasar juga memprediksi The Fed memangkas suku bunga untuk kedua kalinya yang mencapai 53,1%. Kemudian pada pertemuan terakhir di 2024 tepatnya pada Desember, pasar yang memprediksi The Fed kembali memangkas suku bunga ketiga kalinya mencapai 47,7%.
Meski ada optimisme pasar akan berakhirnya era suku bunga tinggi, Namun, sulit untuk mengatakan bahwa ada tekanan terhadap emas, mengingat inflasi AS menunjukkan perlambatan, sementara kondisi politik di negara tersebut masih tidak menentu setelah Presiden AS Joe Biden membatalkan upayanya untuk terpilih kembali.
Secara teknikal, emas masih membentuk tren bullish, karena ketidakpastian masih cenderung tinggi, terutama dari kondisi di Timur Tengah dan perhelatan Pilpres AS pada November mendatang.
“Secara teknikal, logam kuning masih bullish. Hal ini terus mengundang spekulan berbasis grafik untuk mengambil posisi beli di pasar, termasuk melakukan beberapa tindakan bargain hunter ketika pasar turun,” kata Jim Wyckoff, analis pasar senior di Kitco.
Sementara itu, India memangkas bea masuk atas emas dan perak dalam sebuah langkah yang menurut para pejabat industri dapat meningkatkan permintaan ritel dan membantu mengurangi penyelundupan di konsumen emas batangan terbesar kedua di dunia.
Permintaan emas yang lebih tinggi dari India dapat meningkatkan harga global.
No Comments